Peserta Pelatihan TOT kebocoran mulai Memahami dan menguasai alat deteksi kebocoran dengan Ultrasonic Flow Meter (UFW)

19 Mei 2011 Leave a Comment

Pontianak, (19/05), Hari ke Dua Pelatihan Kebocoran di Pusdiklat Perpamsi DPD Kalbar adalah penjelasan tentang Unaccounted For Water (UFW) yaitu kemampuan untuk menekan tingkat kehilangan air dan dilanjutkan praktek simulasi penggunaan alat Ultrasonic Flow Meter.

Penjelasan tentang UFW disampaikan langsung oleh dua orang Ahlinya dari belanda yakni, Rob Van Klaveren dan Klaas Versloot. Ke dua tenaga ahli tersebut memperkenalkan secara detil tentang bagaimana menggunakan alat deteksi, dimana alat tersebut dipasang dan dianalisa seberapa banyak air disuplai ke pelanggan yang ternyata tidak sesuai dengan jumlah yang dipakai oleh pelanggan.

Dengan alat Ultrasonic Flow Meter, para ahli kebocoran akan mampu mendeteksi ketebalan pipa yang menjadi media mengalirnya air dari PDAM ke pelanggannya. Karena sudah memahami teknik mendeteksi kebocoran dengan alat terdahulu, tampak tidak terlalu asing bagi peserta pelatihan TOT kebocoran untuk mendalami alat yang relative baru.

Alat dengan bobot lebih dari 100 kg tersebut dikirim langsung oleh OASEN (Badan yang mengolah air bersih dari Negara Belanda) untuk dipergukan oleh Pusdiklat Perpamsi DPD Kal-Bar sebagai alat latihan bagi peserta yang berlatih menjadi ahli kebocoran. Untuk tujuan itulah 12 orang yang saat ini tengah menimba Ilmu bersama 2 orang ahli kebocoran dari Belanda akan menjadi kader Instuktur untuk melatih kader ahli kebocoran berikutnya.



Seperti diketahui, Salah satu upaya yang dilakukan oleh PDAM untuk mendapatkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip kepengusahaan, yaitu menyesuaikan harga jual produk (air) kepada pelanggan namun dengan tetap memperhatikan tugas PDAM sebagai pelayan publik dan pelayan sosial.

Tujuan utama dari penyesuaian harga jual produk PDAM yaitu untuk menjamin pengelolaan perusahaan yang berkesinambungan berdasarkan prinsip perusahaan yang sehat. Usaha ini tentunya harus disertai dengan perbaikan-perbaikan dibidang lain seperti peningkatan efisiensi perusahaan, peningkatan produktifitas karyawan serta yang tidak kalah pentingnya yaitu menekan tingkat kehilangan air (uncounted for water/UfW) sekecil mungkin.

Permasalahan tarif seringkali menjadi permasalahan umum yang dihadapi oleh PDAM karena pada awal-awalnya keberadaan PDAM lebih banyak beroperasi sebagai perusahaan memenuhi kebutuhan masyarakat yang bersifat sosial, sehingga masyarakat sudah terbiasa memperoleh air dengan harga jauh dibawah ongkos produksinya. Hal ini berlangsung sedemikian lama, sehingga relatif sulit untuk merubah persepsi masyarakat dari air yang mempunyai harga murah ke harga yang lebih wajar.






0 komentar »